Seperti pepatah “Jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat”, maka “pola pikir yang baik terdapat pada tempat kerja yang baik”. 5R pada dasarnya merupakan pembinaan mental karyawan melalui kegiatan fisik. Dengan kegiatan 5R yang dipersiapkan secara teliti, karyawan dibawa pada suatu proses pengalaman yang merobah pola pikirnya kearah positif. Ada 2 jenis kegiatan dalam mengembangkan budaya 5R :
1. Kampanye, yang menandakan dimulainya kegiatan
5R
2. Tindak lanjut memelihara kondisi yang
berkembang.
Kampanye 5R


Suatu panitia dapat dibentuk untuk menangani penyelanggaraan kampanye 5R
ini. Setelah kesadaran karyawan mulai tumbuh, maka kegiatan selanjutnya adalah,
Tindak lanjut
Tindak lanjut kegiatan 5R harus segera diterapkan. “ Tempalah besi selagi panas”,
pepatah ini juga berlaku untuk kegiatan 5R. Bila tindak lanjut tidak segera
diterpakan, semangat akan kembali menurun dan hambar.
Komite 5R dibentuk untuk menangani tugas-tugas pemeriksaan pada setiap
tempat kerja, komite ini dapat menegur daerah daerah yang belum menerapkan 5R,
disamping itu mereka juaga dapat memberikan penghargaaan bagi unit kerja yang
menerapkan 5R yang efektif.. Hasil penilaian diperagakan disertai foto tempat
kerja dan komentar komite.
5R tak dapat dilaksanakan tanpa sarana yang dibutuhkan seperti, rak
barang, garis line, atau alat kebersihan dan lainya. Dukungan pimpinan
perusahaan tampak secara jelas dan tegas memberi dukungan penuh pada sarana
yang dibutuhkan.

Belum pernah program 5R ditentang secara serius oleh karyawan dimana
saja. Dalam kenyataanya, 5R merupakan program yang sejalan dengan kepentingan
karyawan. Sesunguhnya karyawan merasa senang memiliki tempat kerja yang nyaman
dan baik. Jadi partisipasi mereka harus benar – benar digarap dan dipersiapkan,
karena partisipasi karyawan merupakan kunci keberhasilan 5R.

Dapat kita lihat program peningkata produksi, seperti TQC ( Total Qulity Contol atau lebih
dikenal dengan PMT ( Pengendalian
mutu terpadu ), QCC ( Quality
Control Circle ) atau dikenal dengan GKM
( Gugus kendali Mutu ), KaiZen, TPM ( Total productive maintenance ),
Sistem produksi tepat waktu JIT (
Jusr in Time ), dan kemudian bandingkan dengan pemahaman semua kelima dari 5R (
Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin ), Dan saya yakin dengan pelaksanaan 5R yang
benar efektip saja bisa memenuhi program – program dalam usaha peningkatan
produksi.

Banyak orang berpikir perjalanan menuju industry kelas dunia hanya dapat ditempuh dengan menerapkan “best practice” yang cenderung ditafisrkan serba canggih. Misalnya otomatisasi, robotisasi dll. Dalam kenyataanya penerapan “best practice” pada perusahan industry kelas dunia berasal dari “basic practice” yang diterapkan secara sungguh-sungguh. Nah, 5R dalam kesederhanaanya merupakan basic practice yang telah terbukti memberikan sumbangsih bagi industry, karena dengan 5R ini aspek lain dari industry dapat di bangun lebih mantap.
Dikutip dari Seri Budaya Industry unggulan “ Dasar membangun industry
kelas dunia”
pengarang Ir. Kristianto Jahja